Salah satu kebudayaan Kepulauan Selayar yang masih
kerap dipertontonkan hingga kini adalah A’tojeng. A’tojeng yang dalam bahasa
Selayar berarti berayun adalah permainan ayunan seperti yang banyak dikenal
orang. Hanya saja, pada kebudayaan yang satu ini, menggunakan ayunan raksasa
dengan tinggi bisa mencapai 9 meter.
bahan – bahan pembuatan ayunan untuk
seremoni budaya inipun berbeda dengan ayunan pada umumnya, rantai atau tali
pada ayunan biasa diganti dengan bambu berukuran panjang. Bahan – bahan lainnya
adalah kayu dan akar atau tumbuhan merambat untuk mengikat atau menyambungkan
setiap bahan.
Pada zaman kerajaan, A’tojeng
biasanya dimainkan saat raja dan pasukannya pulang dari medan perang. Permainan
ini dilakukan sebagai ungkapan rasa gembira. A’tojeng, biasanya dimainkan oleh
dua orang wanita, ada pula dua orang dewasa yang bertugas untuk mengayun dengan
menggunakan seutas tali dengan cara disentuhkan ke tubuh penampil yang ada
diatas ayunan, tugasnya membuat ayunan tetap bergerak maju dan mundur secara
teratur. Dua orang wanita bernyanyi dalam bahasa Selayar pada atraksi A’tojeng
Dahulu A’tojeng hanya untuk raja dan
keturunannya, namun saat ini A’tojeng kerap pula ditampilkan pada kegiatan
seremoni pemerintahan dan acara adat seperti pada ritual A’dinging – dinging.
Para penampil memainkan ritual adat ini dengan menggunakan pakaian khas
Kepulauan Selayar yang dikenal dengan Baju La’bu.
Karena a’tojeng juga disimbolkan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan dan sebagai salah satu bentuk penghormatan terhadap raja – raja terdahulu. Biasanya a’tojeng ditampilkan sambil membacakan pantun atau nyanyia berbahasa Selayar.
Jika suatu waktu Anda berkunjung ke Kepulauan Selayar dan atraksi budaya ini kebetulan ditampilkan, cobalah merasakan sensasi berayun dengan tinggi tiang ayunan sampai sampai 9 meter.
Komentar
Posting Komentar